Aku adalah mahasiswa jurusan kedokteran disalah satu kampus negeri di kotaku. Anak seorang petani dan penjual sayur di pasar. Dan seorang adik yang masih duduk di bangku SMP. Keterbatasan ekonomi bukanlah sebuah penghalang.
Sedari kecil aku bercita-cita menjadi Dokter, tentu biaya masuk fakultas dokter tidaklah sedikit. Tetapi karena tekat yang kuat, aku mencoba mencari peruntungan beasiswa melalui jalur bidikmisi.
Sederhana, beginilah hidupku. Setiap akhir pekan selalu membantu kedua orang tua bekerja, tetapi di hari aktif tidak sekalipun melalaikan tugas dan pembelajaran di kampus.
Dan adakalanya rasa iri hadir, menyusup dan menarik rasa syukurku. Melihat teman-teman dengan fasion dan sepatu branded tak urung membuat hatiku diam saja, aku juga ingin memilikinya.
Begitupula saat mereka menaiki mobil dan motor keluaran terbaru, mengkilat dan menyilaukan mata. Sedang aku hanya bisa membayar sopir angkot dan berdesakan dengan penjual ayam dan gorengan. Entah bau badanku seperti apa.
Dari awal, orang tuaku sudah memperingatkan bahwa mereka tidak akan mampu membiayai kuliahku. Dan dari awal pula aku berkomitmen untuk bekerja untuk menutupi biaya hidup dan membantu biaya sekolah adik.
Dengan membawa kripik daun bayam ke kampus, dengan sabar seribu-duaribu kukantongi. Aku tidak mempermasalahkan hal ini, selama yang kulakukan halal, kenapa tidak?
Aku tidak pernah menginginkan hidup seperti ini, hanya saja Tuhan paling tahu yang terbaik dan beginilah jalannya. Kekuatan yang kudapat ini berasal dari pepatah arab "Man Jadda Wa Jada", siapa yang bersunggu-sungguh akan mendapatkannya.
Kalimat itu yang memotivasiku untuk terus semangat dalam menempuh pendidikan dan juga menjalanihidup ini. Aku percaya bahwa kesedihan dan ujian yang allah titipkan pada kita justru membuat kita menjadi hambanya yang lebih kuat, banyak memetik hikmah, lebih tawakkal, lebih sabar, lebih ikhlas, dan lebih mendekatkat kepadanya.
Penulis: Fatus
Editor: Divisi Keilmuan
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon