14 Maret 2020

author photo
pict By: Pixabay.com

Rain, itu namaku, nama yang tak tau apa maknanya. Tapi semenjak ditemukan oleh ibu, aku mengenal diriku dengan nama itu. Padahal lidah tidak cukup mudah memanggil dengan sebutan Rain, kenapa buka Rani, Rina atau Rein? Atau nama umum anak perempuan dari huruf R: Reni, Rara, Riri, Rena, Rista, Rosa, Raisa, dan nama-nama yang mudah dilafalkan lainnya.

Sejauh aku belajar dibangku sekolah, Rain yang kutahu maknanya adalah "hujan". Kuketahui dari guru bahasa inggris bernama Bu Soliha ketika SD. Entah apa maksud ibu memberiku nama demikian. Dan kalian harus tahu bahwa aku memiliki sebuah kisah tentang hujan, seperti ini ceritanya....

***
Hujan begitu deras mengguyur jalanan, membuatku yang berada di balik jendela kaca bening rumah, tak ingin pergi atau hanya sekadar membuka pintu saja. Terlihat tiga-empat anak berlarian dibawah hujan, ada yang membuat jalan-jalan kecil layaknya sungai, ada yang melepaskan perahu kertas ala mereka, dan kesemuanya bahagia.

Lain denganku, takut dengan hujan, takut dengan air, takut dengan masa lalu, saat aku benar-benar seorang diri, berdiri di emperan tokoh, dingin dan menangis. Hingga....

"Rain? Kamu Rain kan?". Seorang laki-laki berwajah putih sambil tersenyum melambaikan tangannya kepada ku.
"Iya ada apa?".
Aku bantu ya? Senyum nya membuatku tak ragu lagi untuk menerima bantuannya. Akhirnya dia mendorong sepedaku yang kempes.
Ditengah perjalanan, aku dikagetkan dengan suara gemuruh dari langit, yah... itu pertanda hujan akan turun. Aku percepat langkah yang kemudian disusul dengan dia, Banyu.

"Kenapa?".
"Tidak". Jawabku sambil mempercepat langkah.
Tapi hujan lebih dulu membuat basah sebelum aku sampai di rumah. Aku tertunduk, aku lemas, aku menangis, terlintas bayangnya, seorang perempuan yang menangis, semakin ia menangis semakin ia jauh melangkah.

"Rain? Kau kenapa?". Tanpa basa basi Banyu membawa ku ke tempat teduh yang mana air hujan tak mampu untuk menjamah tubuh ku lagi. Aku tertunduk, terasa lebih tenang walaupun bayangan itu masih saja betah berlama-lama di pikiranku. Aku diam. Hingga Banyu membuyarkan diamku.
"Kau kenapa?". Tanya Banyu yang penuh penasaran. Setelah aku menceritakan, sontak Banyu merasa kaget.
"Bukankah nama mu saja Hujan, tapi kenapa kau takut, dan kenapa kau tak mencoba untuk bersahabat dengan hujan?".
Aku mulai ragu untuk bercerita, tapi ia meyakinkanku untuk dapat percaya padanya.

Aku menceritainya tentang buruknya seorang  wanita yang meninggalkanku ditengah hujan. Ia mamaku -Katanya, sambil memperlihatkan foto keluarga di Smartphone. Dulu ibu membawaku pulang kerumahnya, saat aku menangis tak henti-henti di depan emperan toko, aku tak bisa pergi kemana-mana, malam itu terasa dingin karena hujan. Aku tak mengingat apa apa, yang aku ingat hanyalah, aku bersama seorang perempuan lalu ia pergi meninggalkan ku dengan menangis dan tak kembali.

Dan hari-hari berikutnya, banyu selalu membersamaiku pulang sekolah. Ceritaku kemarin membuat ia tersihir dan ikut masuk ke dalam ceritaku.

Nanti kalau hujan, kau tak usah berteduh ya.
Kalimat nya membuat aku tersentak kaget, tapi ia hanya membalasnya dengan senyuman.
Alhasil, hujan begitu cepat menyapu tanah yang kering, aku yang takut dan kebingungan mencari tempat berteduh tapi Banyu memegang tanganku cepat, ia menarik ku untuk tetap berada dibawah hujan. Ia membawaku untuk bahagia di bawah hujan, senang, hangat walaupun basah, aku nyaman walaupun berawal dari ragu dan sedikit ada perlawanan. Banyu mampu membuatku menari, membuat aku berteriak lepas di bawah hujan, aku bersahabat dengan hujan.

Aku tak takut lagi dengan hujan, aku adalah Rain si penari dibawah hujan. Aku tak lagi berteduh dibawah hujan.
"Rain dan Banyu akan bersama karena memang tak dapat dipisahkan" ucap Banyu dengan memegang tanganku.

***
"Rain, ayok pulang". Pinta seorang perempuan paru baya yang matanya tak lagi sembam karena menangis,ibuku. kurangkul pundaknya dan pergi meninggalkan pemakaman, sempat menoleh ke belakang dan batu nisan milik Banyu Prayoga mulai mengecil dan tak terlihat lagi.

Kecelakaan yang dialami oleh Banyu ketika kita pulang bersama waktu itu, membuat ia kehabisan banyak darah dan benturan keras di kepalanya membuat darah yang ada di kepalanya tak dapat mengalir sehingga mengalami pengendapan.


 By: Icha/KPI 2

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post