4 Februari 2020

author photo
Dulu, mungkin sampai sekarang juga, aku ingin menjadi orang terkaya di Indonesia. Mungkin terlalu mustahil, tapi itu semata-mata karena aku menyadari bangsaku sendiri yang tak mahir dalam menempuh jalan hidupnya, sering terjatuh terjerungkup dalam lembah kelaparan yang berkepanjangan, sering letih dengan keringat yang terbuang sia-sia tanpa hasil.

Sedang aku adalah penonton pasif, ingin menghujat tapi apalah daya aku sendiri tak mampu memberi makan diriku.  Meminta kepada orang tua membuat aku terhalang untuk totalitas dalam mengulurkan tangan. Bukanya apa, pemberian orang tua tidaklah banyak untuk menghidupi kebutuhanku yang terlampau banyak. Dan semua majas sinisme yang muncul terlalu ambigu untuk para mereka yang acuh diatas sana.

Dengan itu, ingin aku mampu mengulurkan tangan dengan keringatku, sehingga dapat totalitas dalam memberi. Menjadi orang kaya adalah tujuan akhir hidup ku. Yah orang kaya.

Tapi disini aku mulai sadar, Tuhan adalah sebaik-baik petunjuk, memberiku jawaban atas semua kegundahan dalam diri.
Kini aku tak lagi berambisi dalam hal menjadi kaya, aku mampu memberi dengan daya tenagaku sendiri. Aku senang.

Mengaung-ngaung dengan senyuman termanis, membiarkan panas masuk dalam tubuh, membiarkan keringat meluncur dikulit. Aku tak peduli. Aku senang. Disini aku tak hanya menjadi penjulur, tapi juga sebagai pelopor.

Lalu untuk apa kekayaan saat ini? Jika hanya ditimbun agar menyublim dan punah.

Oleh : Ica/KPI2

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post