3 Januari 2020

author photo
Pict by : Pixabay.com
Hari ini Ahmad dibelikan sepeda motor oleh bapaknya. Dia sangat senang karena telah lama mendambakan sepeda motor agar bisa bergaya seperti teman-temannya yang lain. Ia dibelikan motor matic keluaran tahun 2015, bekas alias tidak beli di daeler motor tapi Ahmad bersyukur memiliki motor baru.

Dengan sepeda motor baru ini dia tidak harus terlambat ke kampus akibat angkotnya terlambat atau paling tidak bebas dari macet. Yang paling penting dia bisa mengajak Rohmah, jalan-jalan. Ahmad sudah lama menyukai Rohmah, hanya dia malu menyampaikan perasaannya apalagi banyak teman-teman Ahmad yang mendekati Rohmah, rata-rata memiliki motor bagus.

Dengan motor ini dia bisa lebih pede mendekati Rohmah. Pas sekali hari ini Rohmah sedang menunggu angkot di depan warung Mbok Yem, sendirian. Ahmad mulai menghidupkan motornya dan menghampiri Rohmah.

 ”Mah, sendirian aja nih?” Rohmah sontak menoleh dan mengangguk.

”Mau pulang bareng mas Ahmad, nggak?”

“Boleh mas, sudah tidak ada jam kuliah memang?” Ahmad menggeleng untuk jawaban Rohmah, tanda bahwa dia sedang tidak ada jam kuliah.

Tapi kemudian sepeda motor Ahmad tidak bisa dinyalakan. Padahal bensinnya masih banyak, masih baru juga, mana mungkin bisa rusak.

“Kenapa mas? Sini aku coba.” Rohmah menaiki sepeda dan Ahmad berada di jok belakang.
Sampai di depan rumah Rohmah, Ahmad berpamitan pulang dan merasa sangat bahagia. Ini kali pertama dia mengantar perempuan meskipun dia yang harus dibonceng.

Tapi ketika dia mau menyalakan motornya lagi, tetap tidak bisa berbunyi. Dia bingung, kenapa Rohmah mudah sekali menghidupkan sedangkan dia tidak.

“Kenapa lagi, mas?” Rohmah mengurungkan diri masuk ke rumah. Ahmad menggeleng dengan lesu.

“Oalah, mas. Itu loh penyangganya masih nempel di tanah, ya nggak bisa dinyalakan.” Rohmah hanya bisa geleng-geleng sedangkan Ahmad cengengesan campur malu.

Oleh : R.N.H/KPI

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post