17 Januari 2020

author photo
pict by: Pixabay

Sang perintih adalah aku.
Merintih lalu menangis tersedu-sedu, ada luka yang benar-benar sakit yang tidak bisa dengan mudah aku lupakan. Kejadian itu masih terawat dalam pikiran dan sangat sulit untuk dilupakan. Juli, selalu aku ingat bulan itu.

Juli, bulan yang bersejarah dalam hidupku, bukan karena bulan pada saat itu aku dilahirkan. Mengenang mereka dalam sanu bari yang paling dalam. Merintih? Meminta pada tuhan agar aku selalu berada ditengah-tengah mereka dan menjadi bagian hidup mereka. Merintih? Air mata ini selalu menetes kerapkali aku mengingatnya.

Ternyata! Hatiku hancur berkeping-keping bagaikan kaca yang jatuh. Sering aku datangi tempat itu dan bertemu kembali dengan mereka, aku bahagia bahkan saat bahagia saat berada disana. Tapi tidak dengan kepulanganku!

Aku sang perintih, tak pernah sanggup untuk kembali mengingat kejadian itu, saat malam terakhir tak kutemukan senyum tawa mereka melepas kepergianku, yang terlihat jelas malam itu... lambaian tangan mereka yang semakin lama, semakin mengecil dan menghilang.

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post