10 Januari 2020

author photo

Pict by: Pixabay.com

Sang pemuja adalah aku. Tertunduk lalu menangis padahal tiada luka yang benar-benar sakit untuk ditangisi. Kecuali perihal kedunguan diri yang selalu di rawat sampai saat ini. Mei bukan namaku, tapi teman-teman kupinta memanggil seperti itu.

Tak lain karena Mei adalah bulan bersejarah dalam hatiku bukan hidupku. Mengenalnya menjadi kenangan paling indah tanpa dia sadari. Dungu? Kupuja dia, kupinta pada tuhan agar mempertemukan kami layaknya cinderella bertemu pangeran. Dungu, bukan? Nyatanya aku masih berharap.

Walaupun! Hatiku telah terlipat berkali-kali layaknya origami, telah terremas hingga tak utuh lagi. Minggu lalu, awal bulan Mei aku menghadiri acara pernikahannya dengan teman kuliahku. Bahagia... dia, mereka, bukan aku.

Kini, aku si pemuja yang dungu. Masih mengharapkannya dan terus menatap dia dari kejauhan yang amat jauh. Aku terpaku melihat senyumnya dan oh... tangannya melambai, ke arahku.

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post