15 Januari 2020

author photo
pict by: pixabay


Oleh: Lailatul M/ KPI 3

Nirwana kemerah-merahan,
Menyorot di ufuk barat.
Ubun-ubun biasnya,
Melintir bagai nadir.
Rambut-rambut sinarnya,
Berlendir tak bersisir.


Lalu aku terjerat, dalam gelap yang amat pekat.

Antara syaraf tak bersyaraf,
Aku tak dapat melihat.
Indah pun, tak mampu kulihat.

Lalu aku terpejam, tetap dalam gelap yang amat pekat.
Ah, lalu kau tahu apa yang aku lihat?



Aku berdecak kagum meliriki perempuan dibalik kerudung.
Kerudung putih yang seakan menebar benih.
Urat-uratku kendur.

Seketika memandangnya, seluruh uratku mengendur.


Cahayanya menyelip masuk memotong arus akalku.
Ilafi yang tersirat dalam sorot matanya, membuat hidungku sebu.
Nada senandung suaranya, mengalun teduh dalam kalbuku.


Tidurku, hanya dirinya, hanya memimpikan dirinya.
Ah, terlalu indah, kau tahu? Perempuan itu terlalu indah.


Pualam pun kalah telak dibanding keindahan dirinya.
Aku terpesona, benar-benar mati terpesona.
Dan, kau tahu perempuan itu?

Apa kau ingin tahu, siapa perempuan itu?



Maka, dia tak bukan adalah dirimu, Ibu. Dia dirimu ....
Untukku, kau seumpama cahaya dalam gelap malamku ....

Lumajang, 15 Januari 2020

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post