23 Desember 2019

author photo
Pict by : Pixabay
"Sayang, apakah kau mencintai ibu?"
"Huum" jawab seorang gadis kecil
dengan tidak memandang ibunya. Lalu wanita yang dipanggil ibu itu mengeluarkan sebuah foto laki-laki yang tidak lain adalah ayahnya.
"Bagaimana dengan orang ini? Apakah kamu menyukainya?" Tanya si ibu seraya memperlihatkan kepadanya.
"Aku membencinya" jawab gadis itu datar.
Ibunya tersenyum dan mengusap kepala gadis itu "anak baik"
lanjutnya

Dia tidak mengerti apa yang baru saja dikatakan. Dia hanya mengulangi perkataan ibunya diumur yang masih sangat kecil, bahkan tidak mengerti apa itu benci dan membenci.
Seiring berjalannya waktu, Gadis itu tumbuh dengan kebencian terhadap figur seorang ayah.

Beberapa tahun berlalu,  banyak keluarga yang menyuruh gadis itu untuk berkunjung ke rumah ayahnya, akan tetapi gadis itu menolak.
"Dia masih ayahmu, suatu saat kamu masih membutuhkannya" ucap bibinya
"Aku tau" jawab gadis itu singkat lalu pergi.
Dia tau ayahnya tidak bersalah, tetapi gadis itu tidak dapat membuang begitu saja perasaan benci yang ditumbuhkan oleh ibunya dari  kecil.

Beberapa bulan kemudia ibu gadis itu datang dari perantauan, hanya sedikit pembicaraan yg terjadi antara ibu dan gadis tersebut.

Ketika suara pintu diketuk, ibu membuka pintu dan tak lama kemudian gadis itu dipanggil oleh ibunya ke ruang tamu. Dan dia melihat ayahnya yang sedang berbincang hangat dengan ibunya. Gadis itu reflek berlari kekamarnya, dia memegang dadanya dan mendapati jantungnya berdetak kencang, dia meringis
 "Apa yang baru saja terjadi? Perasaan macam apa ini? Kenapa aku merasa dihianati?" Pertanyaan-pertanyaan itu muncul dalam benak gadis itu.

"Keluar!!" Suara ibu. Gadis itu reflek melihat ke arah pintu kamarnya, dia mendapati ibunya menatapnya dengan tatapan serius.
"Huh?"
"Beri salam pada ayahmu"
"Uh, aku tidak mau" jawab gadis itu sedikit gemetar.
"JANGAN KERAS KEPALA" ucap ibunya sambil berteriak
"A-aku tidak mau hiks, kenapa aku harus, hiks?"  air matanya tak dapat dibendung lagi.

Melihat gadis itu menangis, perempuan yang dipanggil ibu itu akhirnya keluar. Gadis itu mendengar samar-samar ibunya meminta maaf kepada ayahnya.
Tak lama kemudian ibunya kembali masuk ke kamar gadis itu.

"Lain kali salami ayahmu, jadilah anak yang baik, jangan seperti ini lagi" kemudian pergi

***
Di malam yang sendu, dia kembali tersadar dari luka-luka yang dibiasakan. Gadis itu merasa dihianati, dia terluka dari dalam, "lalu bagaimana dengan perasanku? Apakah tidak ada yang perduli denganku? Bagaimana mungkin perasaan benci yang dibangun selama bertahun-tahun dapat hilang begitu saja hanya karna dia adalah ayahku yang tidak bersalah?"

Sesekali gadis itu menyeka air matanya. "bukankah bodoh berbicara dengan diri sendiri? Meminta seseorang untuk memahamimu, ughh..apakah kau bercanda?  mereka bahkan tidak peduli sediktpun"
dia menutup wajahnya dengan bantal dan merasa sangat bodoh.

Oleh : Alfina D./KPI 3

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post