Pict by, Pixabay.com |
Sebagai makhluk ciptaan Allah, kita harus saling menyayangi sesama manusia baik saudara seakidah atau bukan. Manusia atau makhluk Allah yang lain. Kita harus mengamalkan sistematika kasih sayang seperti pada bacaan basmalah. Maksudnya gimana sih?
Di lafadh basmalah, kata Arrahman disebut lebih dulu daripada Arrohiim. Saat kita membaca lafadh Arrahman mulut kita akan mangap yang menandakan bahwa kasih sayang itu harus meluas. Di kata Arrohiim mulut kita tertutup yang artinya kasing sayang yang mendalam. Kalo disimpulkan, kasih sayang itu harus meluas dulu, baru mendalam. Karena ibadah horizontal (hablun minan naas) lebih utama daripada ibadah vertical (hablun minallaah). Nah, sekarang kita simak yuk kisah tentang kasih sayang dari salah satu sahabat Nabi.
Sayyidina Umar ra tengah berjalan di daerah Madinah. Beliau melihat seorang anak kecil yang sedang memainkan burung gelatik di genggamannya. Sayyidina Umar merasa sangat kasihan pada burung itu. dibelinya burung itu untuk ia bebaskan.
Setelah beberapa lama, Sayyidina Umar wafat dan banyak sahabat yang memimpikan beliau dalam mimpi. Mereka bertanya, “Apa yang Allah lakukan padamu?”
“Allah mengampuni dan memberi maaf untukku.”
“Karena apa gerangan? Apakah karena kebaikanmu, keadilanmu, atau mungkin karena kezuhudanmu?”
“Saat orang-orang meletakkanku di pemakaman, menutupiku dengan tanah, dan meninggalkanku sendirian, datanglah dua malaikat yang begitu menyeramkan. Akupun hilang akal. Tulang-tulangku bergetar karena ketakutan. Mereka memegangi dan menanyaiku. Namun aku mendengar suara tanpa wujud.
“ Tinggalkan hamba-Ku. Aku merahmati dan mengampuninya karena dia telah menyayangi seekor burung di dunia, maka Aku menyayanginya di akhirat.”
Diceritakan oleh Abdillah Ibn Umar:
Ada lagi nih cerita tentang seorang laki-laki dari Bani Isroil yang saat itu sedang menghadapi musim paceklik. Dia berkeliling kota dan melihat gundukan pasir yang sangat banyak.
“ Andai pasir ini adalah tepung, pasti akan aku sedekahkan dan aku bisa mengenyangkan banyak orang.” pikirnya dalam hati.
Allah pun mengetahui hal ini. Ia mengirimkan wahyu pada seorang Nabi dari kalangan mereka.
“Katakanlah pada si Fulan, bahwa ia mendapatkan pahala seperti ia telah menyedekahkan tepung sebanyak pasir itu. barang siapa mencintai hamba-Ku, maka Aku akan mencintainya.”
Waaahhh... bener-bener gak bisa dielak lagi. Padahal cuma membayangkan sedekah saja udah berpahala begitu banyak, apalagi sedekah beneran. Keren sih, ke sana ke mari pakai motor gede tapi gak pernah sedekah, apa nggak malu sama kunci motornya?
Penulis dan Editor: Divisi Keilmuan
This post have 0 komentar
EmoticonEmoticon