30 Desember 2020

author photo
Pict by. Pixabay.com


Ibu menyuruhku membeli gula ke mini market ketika ia sedang membuat teh untuk ayah. Dengan mengendarai sepeda motor matic keluaran terbaru, aku berkendara dengan kecepatan sedang. Sebenarnya ini kali pertama aku mengendarai motor lagi setelah beberapa waktu lalu 'salto' di atas aspal.

Jarak mini market dengan rumahku hanya 1 km saja. Sesampainya di sana aku langsung memarkirkan sepeda di halaman, lalu  secara tiba-tiba ada seseorang yang mengagetkanku dari belakang. Ia memukul pundakku dengan keras.

Aku sempat berpikir akan dihipnotis seperti cerita teman-teman, lalu aku di rampok dan membayangkan hal yang buruk. Eh ternyata tidak, aku masih sadar-sesadar-sadarnya, lihat saja aku masih di depan pintu mini market.

"Hehhh," katanya, lalu dengan spontan aku menoleh  dan kutemukan ia.
"Iya, ada apa, mas?  Aku merasa tidak mengenalinya, atau aku mungkin melupakan siapa ia, tapi rasa-rasanya tidak jadi aku berani bertanya begitu.

Kulihat wajahnya merah seperti udang rebus, rupanya dia salah orang,  kemudian tanpa kata maaf orang tersebut pergi dengan berlari kencang .

Tapi percayalah, pukulan di bahuku masih membekas, sakitnya masih terasa meski ia sudah lari. Terang saja tangannya segede kapak begitu.


Penulis: Assurotun Hijriyah

Editor: Devisi Keilmuan

This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post