26 Desember 2020

author photo

 

Cak Gatung sedang menjajakan jasa sab


Peran Sablon ditempat tidak di temui. Tetapi beberapa dari mereka tetap eksis sablon keliling dengan mengendarai vespa bututnya di tempat wisata, meskipun jasanya hanya langsung ke pelanggan atau menjual eceran. Dirinya mulai keliling sablon, bahkan sejak harga sablon perpcs Rp 5rb. Seperti apa kisahnya ?

Pagi hari ditempat wisata Paseban, banyak pengunjung berdatangan ke tempat wisata, rasanya masih belum lengkap kalau belum ada kaos buat oleh oleh ke rumah. Kaos bergambar wisata paseban jarang di jumpai rumah para wisatawan, disana selain alat sablon mereka juga menyediakan kaos polos yang sudah jadi untuk disablon. Meskipun jarang orang melihat proses cetak kaos secara langsung. Ya biasanya jasa sablon yang sudah berjalan, kebanyakan di tempatnya punya pelanggan juga sudah terbiasa hanya memesan di outlet, itupun tidak langsung tau seperti apa prosesnya.

Peran sablon keliling baginya sangat penting untuk menafkahi keluarga dan juga untuk bertahan hidup. Selain bisa menjadi nafkah untuk keluarga, dengan adanya sablon keliling ini juga bisa bermanfaat untuk orang lain, seperti halnya, orang bisa merasakan hasil sablon berbeda dari pada mendapatkan hasilnya langsung, tanpa melihat prosesnya. Dan juga lebih beberapa para wisatawan lebih menghargai proses sablonya sebagai karya seni, karena saat proses sablonya tidak mudah, harus melalui berbagai tahapan.

Perubahan zamanpun perlahan mengikis para tukang sablon keliling. Jasa melalui media online sudah berjalan, dimana orang sudah mudah dan murah memesan jasa secara online saat ini.  Tetapi tidak membuat para tukang Sablon di tempat wisata kalah, dengan artikel atau gambar sablon yang baru dan bernilai seni, selain itu dengan pelayanan ramah ke pelanggan . Itulah yang selalu dicari oleh pengunjung wisatawan, baik wisatawan internal atau local, maupun wisatawan luar atau asing. Meski begitu, ada saja tukang sablon keliling. Salah satunya Gatung Iswanto. 

Pria paruh baya yang akrab disapa Gatung ini  tetap eksis Sablon dijalan atau lebih dikenal sebagai Screen Printing Street, masih berproses dengan menerima sablon kaos langsung jadi atau ecer ditempat.

Pria yang tinggal di kelurahan, kecamatan yosowilangun mengakui sejak tahun 2015 menjadi tukang sablon keliling.  Mulai mengawali menjadi tukang sablon keliling wisata, dengan keuntungan sejak 5rb/pcs. Dulu maih belum ada tinta Plastisol, yang mengawali mengguakan tinta rubber`

Dulu, kata dia, para wisatawan selalu menantikan artikel desain sablon terbaru, agar para pelanggan tidak bosan dengan desain yang hanya itu saja, sebab dengan minimnya artikel desain sablon yang terbatas membuat wisatawan yang berkunjung bosan, dan juga dengan minimnya penjualan dengan minimnya alat sablon ditempat membuat tidak leluasa dalam proses sablon yang berbeda  beda. Akhirnya, Setelah tahun 2020 munculah Musiman Screen Printing hingga saat ini.

Dulu, klo sablon saja hanya 5rb/pcs, keuntungan 3rb/pcs itupun masih sedikit orang yang minat untuk sablon saja di tempat mereka. Seiring perkembangan jaman, mereka sekarang cukup mengusai sedikit pasar kaos sablon,mulai dari komunitas, pelajar/siswa, brand dll.

Dengan dukungan dari orang tua yang selalu mendo’akan, membuat usahanya menjadi lancar, dan order berdatangan, tanpa disadari. Katanya, memang rezeki itu tidak hanya soal uang tapi bagaimana bisa bermanfaat untuk orang lain.

Anak ke dua dari orang tua yang cukup sederhana ini memiliki strategi khusus untuk mendapatkan order kaos sablon, mulai dari berkumpul dengan ketua komunitas untuk menambah persaudaraan, dimana semakin banyak saudara atau pertemanan, semakin banyak rezeki.

Dulu saya masih sablon keliling, dengan penghasilan 3000rb/pcs, dan alhamdulillah tahun demi tahun terdapat enghasilan meningkat. 

Sebelum bekerja menjadi tukang sablon dia adalah seorang anak jalanan, semenjak orang tuaya yang sering bertengkar, karena faktor finansial. Saat itulah dia jarang berada di rumah, dengan tekanan keluarga yang membuatya strees. Membuatnya berpikir dan mencoba hal baru, dengan belajar sablon, dengan teman temannya dijalan. Mengingat keadaan ekonomi keluarganya yang kritis dan membuat kedua orang tuanya sering bertengkar, membuat dia berpikir keras untuk mengembalikan keharmonisan keluarganya. 

Tiga tahun yang lalu Gatung mendapatkan cobaan, menanggung  kerugian yang harus diganti. Semenjak orderan sablon kaos mulai berdatangan, dengan kapasitas produksi yang tidak bisa kerjakan sendiri. Yang membuat dia memunnyai inisiatif untuk dilempar, Al hasil setelah di lempar, tidak tambah menyelesaikan masalah, malah membuatnya tambah menambah masalah baru, karena setelah di lempar orderan yang dipesan pelanggannya tidak sesuai, warna desain sablonya tidak sesuai dengan gambar, Akhinya pelanggannya minta ganti rugi, dengan mengembalikan uangnya, atau mencetak ulang kaos sesuai pesanan.

Keadaan ekonomi sampai minus, semenjak kesalahan cetak, deadline yang sering molor, menegement yang kurang baik. Dari sanalah dia belajar bagaimana mengelolah usahanya agar lebih baik, mulai dari proses mengontrol hasil sablon yang berkualitas, pelayanan yang baik kepada pelanggan, sampai pengerjaan agar bisa tepat waktu.

 Dirinya menyebut, Sejak saat itu pelanggan mulai menghilang/tidak percaya, karena mulai berkurangnya kualitas cetak, dan pengerjaan yang sering molor, semenjak pengelolahan keuangan yang kurang baik, sering mencampur kebutuhakan keluarga dengan kebutuhan usahanya. Ketika ada dp masuk sering kali berkurang untuk memenuhi kebutuhan pribadinya, dan selalu membeli barang yang tidak terlalu penting. Selalu menganggap keuntungannya itu adalah itu haknya dia sepenuhnya. Padahal banyak hal yang harus di sisihkan buat perputaraan modal saat itu.

Selama jadi tukang sablon keliling untungnya, gatung mempunyai kenalan banyak, dan

hubunganmya luas, membuatnya tidak berputus asa, dengan adanya banyak kenalan dia bisa memulai kembali menawarkan jasanya, meskipun sempat tidak di percaya di beberapa pelanggan yang telah bermasalah.

Bahkan dia tidak menyangka, bisa membangun workshop sablonnya, dengan hasil jerih

payahnya bertahun tahun, meskipun harus melewati berbagai masalah yang dihadapi, dia tetap tidak menyerah, karena satu hal yang selalu dia ingat. Tekanan dari keluarga yang membuat tetap harus bertahan dan terus berkembang. Dia juga percaya berkat do’a dari orang tuanya sampai sukses kini, yang selalu support, dan mengangkat perekonomian keluarganya.

Berbagai rintangan yang dihadapi tetap dia terjang, rela berkorban meskipun hujan hujan tetep berangkat, dia berkata, "yang penting alat sablon tidak basah dan masih bisa di pake buat bekerja, dan dengan tidak mengurangi kualitas, meskipun harus berkeringat lebih, karena besar kecilnya penghasilanya berpengaruh besar kepada finansial keluarganya, karena dia masih menjaddi tulang punggung keluarganya."

Disisi lain, dukanya mengenai seringnya deadline pemesanan yang terlambat tidak membuat pelanggan kecewa. "Tetap saya dan rekan rekan memberi penjelasan, kenapa tidak tepat waktu Mungkin karena ada keterlambatan pengiriman kain atau hal lainnya," pungkas Gatung. 


Penulis: Rohmatan Farizki

Editor: Redaksi




This post have 0 komentar


EmoticonEmoticon

Next article Next Post
Previous article Previous Post